SEMARANG (inisemarang.com)--Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali-Juana optimistis segera merampungkan proyek normalisasi Sungai Banjir Kanal Timur (BKT) Semarang begitu relokasi warga beres.
"Proyek normalisasi BKT itu kan 'multiyears', dari 2017-2019. Namun, Pak Menteri PUPR minta 2018 selesai," kata Kepala BBWS Pemali Juana Ruhban Ruziyatno, Sabtu (29/9/2018).
Menurut Ruhban kendalanya sejauh ini hanya pada aspek sosial, yakni relokasi warga dan pedagang kaki lima (PKL) yang selama ini menempati bantaran sungai, namun sebagian besar sudah diselesaikan.
Saat ini, kata dia, tinggal lima titik PKL di bantaran Sungai BKT yang harus direlokasi dan sudah ada kesepakatan untuk pindah ke kawasan Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) Semarang.
"Kendalanya cuma di sosial saja. Kalau itu selesai, cepat sekali (pengerjaannya, red). Untuk pekerjaan tanah sudah 90 persen, kan tanah yang dulu diangkut banyak sekali," katanya.
Menurut dia, pengerjaan fisik proyek tersebut diperkirakan sudah rampung 50 persen sejak dimulai akhir 2017 dan sekarang ini fokus pada pembangunan titik alur sungai.
Struktur pelindung juga sudah dibangun di sejumlah titik yang membentang di proyek senilai Rp485 miliar dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) tersebut.
"Nanti kalau hujan turun bagaimana, pekerjaan alur sungai harus sudah beres. Baru, setelah itu bicara parapet," kata Ruhban, seraya menyebutkan proyek normalisasi BKT memiliki panjang 6,7 kilometer.
Pemkot Semarang melalui Dinas Perdagangan sudah mengupayakan relokasi para PKL yang selama ini menempati bantaran Sungai BKT sehingga tinggal menyisakan lima titik.
Sebagian besar PKL sudah direlokasi ke Pasar Klithikan Penggaron Semarang yang dinamai Pasar Barito Baru, sementara PKL yang tersisa rencananya akan menempati kawasan di MAJT Semarang.
Selain Pasar Klithikan Penggaron dan lahan di MAJT Semarang, titik relokasi bagi ribuan PKL yang selama ini menempati bantaran Sungai BKT juga disediakan di beberapa pasar, seperti Pasar Waru.
"Proyek normalisasi BKT itu kan 'multiyears', dari 2017-2019. Namun, Pak Menteri PUPR minta 2018 selesai," kata Kepala BBWS Pemali Juana Ruhban Ruziyatno, Sabtu (29/9/2018).
Menurut Ruhban kendalanya sejauh ini hanya pada aspek sosial, yakni relokasi warga dan pedagang kaki lima (PKL) yang selama ini menempati bantaran sungai, namun sebagian besar sudah diselesaikan.
Saat ini, kata dia, tinggal lima titik PKL di bantaran Sungai BKT yang harus direlokasi dan sudah ada kesepakatan untuk pindah ke kawasan Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) Semarang.
"Kendalanya cuma di sosial saja. Kalau itu selesai, cepat sekali (pengerjaannya, red). Untuk pekerjaan tanah sudah 90 persen, kan tanah yang dulu diangkut banyak sekali," katanya.
Menurut dia, pengerjaan fisik proyek tersebut diperkirakan sudah rampung 50 persen sejak dimulai akhir 2017 dan sekarang ini fokus pada pembangunan titik alur sungai.
Struktur pelindung juga sudah dibangun di sejumlah titik yang membentang di proyek senilai Rp485 miliar dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) tersebut.
"Nanti kalau hujan turun bagaimana, pekerjaan alur sungai harus sudah beres. Baru, setelah itu bicara parapet," kata Ruhban, seraya menyebutkan proyek normalisasi BKT memiliki panjang 6,7 kilometer.
Pemkot Semarang melalui Dinas Perdagangan sudah mengupayakan relokasi para PKL yang selama ini menempati bantaran Sungai BKT sehingga tinggal menyisakan lima titik.
Sebagian besar PKL sudah direlokasi ke Pasar Klithikan Penggaron Semarang yang dinamai Pasar Barito Baru, sementara PKL yang tersisa rencananya akan menempati kawasan di MAJT Semarang.
Selain Pasar Klithikan Penggaron dan lahan di MAJT Semarang, titik relokasi bagi ribuan PKL yang selama ini menempati bantaran Sungai BKT juga disediakan di beberapa pasar, seperti Pasar Waru.
(Antara/nto)
Saat ini 0 komentar :